wargaenamdua.com -
Di tengah banjir informasi ancaman
resesi dunia, data yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) sungguh
melegakan. Betapa tidak, BPS menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada triwulan III-2022 secara kuartal ke kuartal (quarter to quarter/qtq) 1,81 persen. Adapun bila dibandingkan secara year on year (yoy) sebesar 5,72 persen.
Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia
berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III-2022 atas dasar
harga berlaku Rp5.901,2 triliun dan atas dasar harga konstan Rp2.976,8
triliun. Sebagai catatan, ekonomi Indonesia tumbuh 5,44 persen (yoy) dan
3,72 persen (qtq) pada kuartal II-2022. Pada kuartal I-2022, ekonomi
Indonesia tumbuh 5,01 persen (yoy) tetapi terkontraksi 0,95 persen
(qtq).
Angka pertumbuhan yang dicatat BPS di
kuartal III-2022, jelas di atas prediksi sejumlah lembaga ekonomi swasta
dunia yang memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional secara q to q hanya
sebesar 1,66 persen.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu),
Sri Mulyani Indrawati, menyampaikan perkiraan pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada kuartal III-2022 akan menembus 5,7 persen, sementara Bank
Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan di atas 5,5 persen.
Dengan angka pertumbuhan sebagaimana
catatan BPS, menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia dapat dikatakan sangat
tanguh. Angka tersebut juga bisa menjadi modal kuat ekonomi Indonesia
menghadapi ancaman resesi dunia yang diperkirakan akan dimulai 2023
mendatang.
Data yang diungkap BPS pun meyakinkan. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy),
BPS mencatat, angka pertumbuhan triwulan III-2022 itu menyerap 4,25
juta tenaga kerja. Dengan demikian secara keseluruhan terdapat 135,3
juta orang masyarakat yang bekerja per Agustus 2022, yang meliputi
pekerja penuh 92,63 juta orang atau meningkat 8,37 juta orang, pekerja
paruh waktu 34,13 juta orang atau turun 1,24 juta orang, serta setengah
pengangguran 8,54 juta orang atau turun 2,88 juta orang.
"Itu berdasarkan hasil Survei Angkatan
Kerja Nasional (SAKERNAS) yang dilakukan pada Agustus 2022," kata Kepala
BPS Margo Yuwono dalam Konferensi Pers Pertumbuhan Ekonomi Triwulan
III-2022 secara daring di Jakarta, Senin (07/11/2022).
Peningkatan
jumlah pekerja penuh, masih kata Margo, sejalan dengan terus menguatnya
perekonomian Indonesia. Sebagai informasi, yang dimaksud pekerja penuh
adalah mereka yang bekerja minimal selama 35 jam seminggu, sedangkan
pekerja paruh waktu adalah mereka yang bekerja kurang dari 35 jam
seminggu, tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima
pekerjaan lain.
Sementara setengah pengangguran adalah mereka
yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan masih mencari atau menerima
pekerjaan tambahan.
Seiring dengan pertambahan tenaga kerja,
Margo mengungkapkan angkatan kerja tercatat bertambah pula sebanyak 3,57
juta orang menjadi 143,72 juta orang per Agustus 2022.
Selain
itu, terdapat penurunan bukan angkatan kerja 860 ribu orang menjadi 65,7
juta orang, sehingga secara keseluruhan penduduk usia kerja bertambah
2,71 juta orang menjadi 209,42 juta orang. "Namun karena tidak semua
angkatan kerja terserap, terdapat tambahan pengangguran 680 ribu orang.
Dengan demikian secara keseluruhan ada 8,42 juta orang yang menganggur,"
tuturnya.
Masih Berpusar di Jawa
Melongok lebih jauh laporan BPS,
disebutkan bahwa struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada
kuartal III 2022 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa
yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sebesar
56,3 persen.
"Penyumbang ekonomi di Pulau Jawa
berasal dari DKI Jakarta dengan andil 1,65 persen. Sektor yang
berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta adalah
perdagangan, informasi dan komunikasi,” jelas Margo.
Bila dirinci peran provinsi lain di
pulau Jawa yaitu Jawa Timur sebesar 1,43 persen, Jawa Barat sebesar 1,39
persen, Jawa Tengah sebesar 0,8 persen, Banten sebesar 0,4 persen, dan
DI Yogyakarta sebesar 0,09 persen.
Pertumbuhan ekonomi di Pulau Sumatra
mencapai 4,71 persen. Sumatra memberikan andil ke pertumbuhan ekonomi
nasional sebesar 22 persen. Provinsi dengan kontribusi terbesar ke Pulau
Sumatra adalah Sumatra Utara dengan andil 1,14 persen.
Provinsi lain yang memberikan andil
yaitu Riau (0,99 persen), Sumatra Selatan (0,74 persen), Kepulauan Riau
(0,44 persen), Lampung (0,42 persen), Jambi (0,34 persen), Sumatra Barat
(0,33 persen), Aceh (0,12) Kepulauan Bangka Belitung (0,10 persen), dan
Bengkulu (0,09 persen).
Pertumbuhan ekonomi di Kalimantan
mencapai 5,67 persen dengan andil 9,42 persen ke pertumbuhan ekonomi
kuartal III 2022. Dengan andil tertinggi dari provinsi Kalimantan Timur
(2,77 persen).
Sumber pertumbuhan utama di provinsi
Kalimantan Timur adalah industri pengolahan, pertambangan dan
Penggalian. Andil dari provinsi lain di Pulau Kalimantan yaitu
Kalimantan Barat (0,97 persen), Kalimantan Selatan (0,83 persen)
Kalimantan Tengah (0,73 persen)dan Kalimantan Utara (0,37 persen).(*)
Ilustrasi, aktivitas ekspor impor di pelabuhan ekspor Makassar (Dok. Pelindo)