wargaenamdua.com -
Rangkaian kegiatan memperingati Hari
Jadi Bengkalis ke-510, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bengkalis menggelar
ziarah ke sejumlah makam bersejarah, salah satunya Makam Dara Sembilan.
Situs budaya yang wajib dilestarikan itu, diziarahi Wakil Bupati
Bengkalis Bagus Santoso beserta sejumlah Forkopimda pada Jum'at
(29/7/2022).
Prosesi ziarah makam, diawali dengan pembacaan sejarah singkat, dilanjutkan pembacaan do'a dan diakhiri tabur bunga.
Menurut sejarah yang dibacakan dihadapan
peziarah, sekitar tahun 1512, Bengkalis sudah ada bahkan dikaitkan
dengan zaman prasejarah.
Pulau Bengkalis sejak dahulu telah
dihuni oleh manusia dan memiliki tatanan pemerintahan, namun masih dalam
bentuk perbatinan, salah satunya Batin Senggoro di Senggoro. Perbatinan
Senggoro kala itu dijadikan sebagai pusat pemerintahan, lokasinya
terletak tidak jauh dari lokasi makam dan diberi nama Parit Rentang.
Kala itu, Perbatinan Senggoro dipimpin
oleh Batin Hitam, memiliki prajurit pilihan, terlatih dan berani
mempertaruhkan nyawa, demi mempertahankan wilayahnya. Salah satu
strategi yang dilakukan Batin Hitam mempertahankan daerahnya,
dibangunnya benteng yang diberi nama Benteng Batin Hitam.
Dahulunya benteng ini dilengkapi dengan
meriam-meriam, yang selalu siap ditembakkan terhadap lanun yang
mengganggu ketentraman kampung Bengkalis.
Sedangkan kuburan Dara Sembilan
merupakan benteng khusus, tempat persembunyian untuk melindungi para
dara jelita kampung Bengkalis dari serangan lanun yang suka menculik
gadis cantik tersebut. Batin Hitam membangun benteng tersebut, letaknya
kurang lebih 75 meter dari benteng Batin Hitam, yang dikenal dengan
Makam Dara Sembilan.
Kematian Dara Sembilan itu itu bermula,
ketika terjadi kerusuhan yang dilakukan oleh Portugis dan lanun.
Sembilan anak dara disembunyikan dalam benteng, kunci rahasianya berada
di bagian luar. Sedangkan, juru kuncinya ikut melakukan peperangan.
Akibat serangan dahsyat antara Portugis
dan lanun, benteng itu roboh menutupi tempat kunci rahasia. Menyebabkan
dara terkubur dan meninggal. Adapun sembilan dara yang meninggal dalam
benteng diatas adalah, Mayang Sari, Cempaka, Aisyah, Rubaiyah, Samsidar,
Zainun, Kamariah, Siti Hawa dan Zubaidah.
Masih dibacakan sejarah singkat,
dikatakannya sumber lain mengatakan, yang memegang kunci benteng Batin
Hitam adalah ayah dari sembilan dara. Ada juga yang mengatakan,
kesembilan dara tersebut bukan kakak beradik melainkan dara-dara pada
masa itu.
Sumber sejarah lain juga menyebutkan,
pada masa itu, Makam Dara Sembilan dijaga oleh seekor ulang weling.
Setiap bulan akan diberi sesajen, sebagai bentuk penghormatan.
Makam ini dipercaya mempunyai kekuatan
gaib, sehingga orang yang datang berziarah dilarang berkata kotor,
meludah di dalam area makam, dilarang memakai alas kaki. Kemudian bagi
perempuan yang datang bulan juga dilarang masuk.
(DISKOMINFOTIK)